Ø  Persamaan Diophantine Non Linear Sederhana Triple Pythagoras
Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikan persamaan Diophantine non linier, diantaranya adalah:
1.    Tripel Pythagoras
Dalil Pythagoras menyatakan bahwa di dalam sebarang segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring (hypotenuse) sama dengan jumlah kuadrat panjang dari sisi-sisi (kaki-kaki, legas) yang lain.Sebaliknya, sebarang segitiga yang memenuhi hubungan kuadrat panjang sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat panjang dari sisi-sisi yang lebih pendek, maka segitiga itu tentu merupakan segitiga siku-siku.
Secara geometri, dalil Pythagoras terkait dengan perhitungan luas dari suatu bujur sangkar yang sisi-sisinya adalah sisi-sisi dari suatu segitiga siku-siku.Jika suatu segitiga siku-siku mempunyai sisi-sisi miring c dan sisi-sisi yang lain adalah a dan b, maka hubungan antara a, b, c menurut dali Pythagoras adalah:c2 = a2 + b2
Salah satu persamaan Diophantine non linear yang familiar adalah persamaan pada tripel Pythagoras. Tripel Pythagoras adalah tiga bilangan bulat positif x, y, dan z yang memenuhi persamaan x2 + y2 = z2. Contoh tripel Pythagoras yang paling sederhana adalah 3, 4, dan 5, atau 5, 12, dan 13, sebagaimana sering dibahas di tingkat sekolah dasar maupun menengah.Beberapa Triple Pythagoras adalah:
            3, 4, 5              sebab   52 = 32 + 42
            5, 12, 13          sebab   132 = 52 + 122
            7, 24, 25          sebab   252 = 72 + 242
            8, 15, 17          sebab   172 = 82 + 152
            9, 40, 41          sebab   412 = 92 + 402
Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani kuno yang lahir sekitar tahun 580 SM. Nama tripel Pythagoras diberikan karena Pythagoras, atau setidaknya para muridnya, diyakini sebagai orang yang pertama kali membuktikan bahwa persamaan x2 + y2 = z2  sesungguhnya berlaku secara umum pada sembarang segitiga siku-siku dengan sisi-sisi tegak x dan y dan sisi miring z (di sini x, y dan z tidak harus merupakan bilangan bulat, tetapi sembarang bilangan Real positif). Dalil ini pun kemudian dikenal sebagai Dalil Pythagoras. Namun, sesungguhnya, tripel Pythagoras sudah dikenal oleh orang Babylonia sejak tahun 1600 SM. Pengetahuan tentang tripel Pythagoras diperlukan, misalnya, dalam tukar menukar (barter) tanah pada zaman itu. Seseorang yang mempunyai sebidang tanah berukuran 5050 meter kuadrat, misalnya, dapat menukarnya dengan dua bidang tanah berukuran 3030 dan 4040 meter kuadrat. (Menurut Dalil Pythagoras, berlaku 5050 = 3030 + 4040).
Pada zaman itu, orang Babylonia bahkan juga sudah tahu bagaimana menemukan tripel Pythagoras. Sebagai contoh, mereka tahu bahwa jika m ganjil, maka m, (m2 - 1), dan (m2 + 1) merupakan tripel Pythagoras; dan jika m genap, maka 2m, m2 - 1, dan m2 + 1 merupakan tripel Pythagoras. Nah, menelusuri cara berpikir orang zaman dulu, tulisan ini akan membahas secara detail bagaimana menemukan tripel Pythagoras tersebut.
Pertama, kita perlu mengetahui apa yang disebut sebagai tripel Pythagoras dasar (Primitive Pythagoras).
Definisi 7.1
Suatu tripel Pythagoras x, y, z disebut primitive Pythagoras jika FPB (x, y, z) = 1
Contoh:
1.             Triple Pythagoras 3, 4, 5 adalah primitive Pythagoras sebab FPB (3, 4, 5) = 1 dan 52 = 32 + 42
2.             Triple Pythagoras 7, 24, 25 adalah primitive Pythagoras sebab FPB (7, 24, 25) = 1 dan 252 = 72 + 242
3.             Triple Pythagoras 6, 8, 10 adalah bukan primitive Pythagoras sebab FPB (6, 8, 10) = 2  1
4.             Triple Pythagoras 24, 45, 51 adalah bukan primitive Pythagoras sebab FPB (24, 45, 51) = 3  1
Jika diketahui suatu primitive Pythagoras (3, 4, 5) kemudian masing-masing bilangan dalam triple itu dikalikan 2, sehingga diperoleh (6, 8, 10). Jika bilangan pengali diganti 7 maka diperoleh (21, 28, 35). Karena 352 = 212 + 282, maka jelas bahwa (21, 28,35) merupakan tripel Pythagoras.
Misalkan x0, y0, z0 adalah suatu primitive Pythagoras, maka berlaku x02 + y02 = z02. Jika masing-masing dikalikan k maka diperoleh tripel kx0, ky0, kz0 perhatikan:
x02 + y02 = z02 → k2x02 + k2y02 = k2z02
Misalkan x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras dan FPB (x, y, z) = d maka:
d | x , d | y , d | z
d | x → x = dx0  Z Z
d | y → y = dy0Z Z
d | z → z = dz0Z → Z
x2 + y2 = z2(x2 + y2) =  z2 + =
()2 + ()2 = ()2
→ x02 + y02 = z02
x0, y0, z0 merupakan suatu tripel Pythagoras, karena (, ) = 1 dan (, ) = 1, maka jelas bahwa ( ,  , ) = 1, berartix0, y0, z0 merupakan suatu tripel Pythagoras primitive.
Teorema 1.1
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka FPB (x, y) = FPB (x, z) = FPB (y, z) = 1
Bukti:
Untuk membuktikan dalil ini, digunakan bukti tidak langsung.
Misalkan FPB (x,y)    1, yaitu FPB (x,y) > 1
Karena FPB (x,y) > 1, maka FPB (x,y) merupakan bilangan prima atau FPB (x,y) merupakan bilangan komposit (yang dapat difaktorkan menjadi faktor-faktor prima), maka jelas ada bilangan prima p sehingga p | (x,y)
                        p | (x,y) → (p | x dan p | y)
                        (p | x2 dan p | y2) → p | (x2 + y2) → p | z2 → p | z
                        (p | x, p | y, dan p | z    (x,y,z) ≠ 1
Karena x,y,z adalah suatu primitive Pythagoras, maka FPB (x,y,z) = 1
FPB (x,y,z) = 1 dan FPB ( x, y,z)  1, berarti terjadi kontradiksi.
Jadi, pemisalan FPB (x,y) ≠ 1 adalah salah sehingga FPB (x,y) = 1
Dengan jalan yang sama dapat dibuktikan bahwa FPB (x,z) = 1 dan FPB (y,z) = 1
Contoh:
·         Misalnya, x = 6 dan y = 8
FPB (6,8) = 2 dan 2 merupakan bilangan prima, maka:
2 | (6,8) ® 2 | 6 dan 2 | 8
Maka diperoleh:
2 | 62 dan 2 | 82 ® 2 | 36 dan 2 | 64 ® 2 | (36 + 64)
Karena x2 + y2 = z2 , maka:
2 | (36 + 64) ® 2 | 100 ® 2 | 10
FPB (x, y) ® FPB (6, 8) = 2
FPB (x, z) ® FPB (6, 10) = 2
FPB (y, z) ® FPB (8, 10) = 2
FPB (6, 8) = FPB (6, 10) = FPB (8, 10) = 2  1
FPB (6, 8, 10) = 2  1
Jadi (6, 8, 10) bukan tripel Pythagoras primitive
·         Misalnya, x = 7 dan y = 24
FPB (7, 24) = 1
1 | (7, 24) ® 1 | 7 dan 1 | 24
Maka diperoleh:
1 | 72 dan 1 | 242 ® 1 | 49 dan 1 | 576 ® 1 | (49 + 576)
Karena x2 + y2 = z2 , maka:
1 | (49 + 576) ® 1 | 625 ® 1 | 25
FPB (x, y) ® FPB (7, 24) = 1
FPB (x, z) ® FPB (7, 25) = 1
FPB (y, z) ® FPB (24, 25) = 1
FPB (7, 24) = FPB (1, 25) = FPB (24, 25) = 1
FPB (7, 24, 25) = 1
Jadi (6, 8, 10) merupakan tripel Pythagoras primitive
Teorema 1.2
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka x dan y tidak mungkin keduanya bilangan genap.
Bukti:
x dan y tidak mungkin  keduanya merupakan bilangan genap sebab kalau x = 2s (x adalah suatu bilangan genap) dan y = 2t ( y adalah suatu bilangan genap), maka (x,y) = (2s,2t) dan FPB (2s,2t) 1
dan jika x dan y genap, maka z juga akan genap. Dalam hal ini, x, y, dan z mempunyai faktor sekutu 2.Ini bertentangan dengan asumsi bahwa x, y, dan z tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Contoh:
Ø  Misalnya, suatu tripel Pythagoras adalah (x, y, z) = (6, 8, 10) dan FPB (6, 8) = 2 maka (6, 8, 10) bukanlah suatu tripel Pythagoras primitive.
Ø  Misalnya, suatu tripel Pythagoras adalah (x, y, z) = (7, 24, 25) dan FPB (7, 24) = 1 maka (7, 24, 25) merupakan suatu tripel Pythagoras primitive.
Teorema 1.3
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka x dan y tidak mungkin keduanya bilangan ganjil
Bukti:
Jika x = 2m + 1 dan y = 2n + 1, maka x2 + y2 = 4(m2 + m + n2 + n) + 2, sehingga sisa hasil bagi x2 + y2 dengan 4 adalah 2. Sementara itu, sisa hasil bagi z2 dengan 4 adalah 0 atau 1. Jadi tidak mungkin x2 + y2 = z2.
Contoh:
Ø  Misalnya, x = 3 dan y = 5
x2 + y2 = z2
32 + 52 = z2
9 + 25 = z2
34 = z2
z =
karena  tidak bisa dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, maka (3, 5, ) bukan merupakan tripel Pythagoras maka juga bukan merupakan tripel Pythagoras primitive.
Teorema 1.4
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka x adalah bilangan genap dan y adalah bilangan ganjil atau x adalah bilangan ganjil dan y adalah bilangan genap dan maka z adalah bilangan ganjil.
Bukti:
Jika x genap dan y ganjil, maka x2 genap dan y2 ganjil.Karena itu z2 ganjil, dan sebagai akibatnya z juga ganjil. Demikian pula jika x ganjil dan y genap, maka z ganjil.
Contoh:
Ø  x = 7, y = 24, dan z = 25
® 72 + 242 = 252
® 49 + 576 = 625
(merupakan suatu primitive tripel Pythagoras)
Ø  x = 8, y = 15, dan z = 17
® 82 + 152 = 172
® 64 + 225 = 289
(merupakan suatu primitive tripel Pythagoras)
Teorema 1.5
Jika x, y, z adalah tripel Phytagoras primitive, maka x = 2mn, y = m2 - n2, dan z = m2 + n2, dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Bukti:
Asumsikan x genap, y ganjil, dan z ganjil.
Tulis x2 = z2 - y2 = (z - y)(z + y). Berdasarkan asumsi di atas, kita tahu bahwa z - y dan z + y genap.Selanjutnya tinjau  (z - y) dan  (z + y).Akan kita tunjukkan bahwa faktor sekutu terbesar dari kedua bilangan ini adalah 1.
Untuk itu, andaikan  (z - y) dan  (z + y) mempunyai faktor sekutu k > 1. Dalam hal ini terdapat p dan q sedemikian hingga z - y = 2kq dan z + y = 2kp.
Dari sini kita peroleh z = k(p + q) dan y = k(p - q).
Sementara itu, x2 = 4k2pq.
Dengan demikian pq mestilah merupakan kuadrat sempurna, katakan pq = r2. Akibatnya, x = 2kr, dan karena itu x, y, dan z mempunyai faktor sekutu k > 1.
Ini bertentangan dengan asumsi bahwa x, y, dan z tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. Dengan demikian (z - y) dan (z + y) tidak mungkin mempunyai faktor sekutu selain 1.
Sekarang misalkan x = 2r (ingat: x genap). Maka, r2 = (z - y) .(z + y), sehingga mestilah  (z - y) dan (z + y) merupakan kuadrat sempurna, katakan (z - y) = n2 dan (z + y) = m2, dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Dari sini kita peroleh z = m2 + n2, y = m2 - n2, dan x = 2mn.
Hasil terakhir mengatakan jika x, y, dan z merupakan tripel Pythagoras primitive, maka x, y, dan z mestilah memenuhi teorema 1.5.
Sebaliknya tidak berlaku, jika x, y, dan z memenuhi teorema 1.5, maka x, y, dan z hanya merupakan tripel Pythagoras, belum tentu merupakan tripel Pythagoras primitif.
Contoh:
Ø  Untuk m = 3 dan n = 1, kita peroleh x = 6, y = 8, dan z = 10. Untuk memperoleh tripel Pythagoras dasar, kita harus membaginya dengan faktor sekutu terbesar.
Tabel berikut ini menunjukkan 20 bilangan tripel Pythagoras primitive berdasarkan teorema 1.5.
No
m
n
m2
n2
x = 2mn
y =  m2-n2
z = m2+n2
1
2
1
4
1
4
3
5
2
3
2
9
4
12
5
13
3
4
1
16
1
8
15
17
4
4
3
16
9
24
7
25
5
5
2
25
4
20
21
29
6
5
4
25
16
40
9
41
7
6
1
36
1
12
35
37
8
6
5
36
25
60
11
61
9
7
2
49
4
28
45
53
10
7
4
49
16
56
33
65
11
7
6
49
36
84
13
85
12
8
1
64
1
16
63
65
13
8
3
64
9
48
55
73
14
8
5
64
25
80
39
89
15
8
7
64
49
112
15
113
16
9
2
81
4
36
77
85
17
9
4
81
16
72
65
97
18
9
8
81
64
144
17
145
19
10
1
100
1
20
99
101
20
10
3
100
9
60
91
109


























Teorema 1.6
Jika x, y, z Î N dan (x, y, z) = 1, maka persamaan x2 + 2y2 = z2 mempunyai penyelesaian :
         x = |r2 – 2s2|
         y = 2rs
         z = r2 + 2s2
dengan (r, s)> 0 dan (r, 2s) = 1
Bukti:
FPB (x,y,z) = 1, ambil x adalah suatu bilangan ganjil, z adalah suatu bilangan ganjil, dan y adalah suatu bilangan genap.
y adalah suatu bilangan genap, ambil y = 2m, sehingga dapat ditentukan:
x2 + 2y2 = z2
x2 + 2(2m)2 = z2
x2 + 8m2 = z2
2m2 =
2m2 = .
Karena = 1, maka sesuai dengan sifat ketunggalan pemfaktoran, dapat ditentukan bahwa:
                   (r2 =  dan 2s2=) atau (2r2 =  dan s2 =
dengan (r,2s) = 1 atau (2r,s) = 1,
         r2 =  ® z + x = 2r2
         2s2 =  ® z – x = 4s2
                                                        +
                                        2z = 2r2 + 4s2
                              z = r2 + 2s2
        
           r2 =  ®  z + x = 2r2
         2s2 =  ®  z – x = 4s2
                                                        -
                                      2x = 2r2 – 4s2
                                        x = r2 – 2s2
                         2m2 = (r2) (2s2)
                         2m = r2s ® y = 2m = 2rs
Sebagai fakta bahwa x2 + 2y2 = z2 mempunyai penyelesaian, ambil beberapa nilai r, s yang memenuhi (r, 2s) = 1 atau (2r, s) = 1.

r
s
x = |r2 – 2s2|
y = 2rs
z = r2 + 2s2
1
3
17
6
19
2
3
14
12
22

Teorema 1.7
Jika x, y, z Î N dan (x, y, z) = 1, maka persamaan x2 + y2 = 2z2 mempunyai penyelesaian:
         x = r2 – s2 + 2rs
         y = |rs2 – s2 – 2rs|
         z = r2 + s2
dengan r, s Î N dan (u, v) = 1, serta u dan v mempunyai parities yang berbeda.
Bukti:
Karena FPB (x, y, z) = 1, dan berdasarkan sifat kongruensi modulo 4, maka x, y, dan z semuanya adalah bilangan ganjil, sehingga Î Z. (x, y) =
2z2 = x2 + y2
z2 =
z2 =
®  = r2 – s2 ,  = 2rs, dan z = r2+ s2
® atau  = 2rs ,  = r2 – s2, dan z = r2+ s2
  = r2 - s2 ®  = r2 - s2
  = 2rs    ®  = 2rs
                                          +
                     x = r2 - s2 + 2rs
  = r2 - s2 ®  = r2 - s2
  = 2rs     ®  = 2rs
                                                       -
                              y = r2 - s2 - 2rs
                     z = r2+ s2
Sebagai fakta bahwa x2 + y2= 2z2 mempunyai penyelesaian ambil beberapa nilai r dan s yang memenuhi (r, s) = 1, serta r dan s mempunyai paritas yang berbeda.

r
s
x = r2 – s2 + 2rs
y = | r2 – s2 - 2rs |
z = r2 + s2
2
1
7
1
5
3
1
14
2
10
3
2
17
7
13



2.    Persamaan Pell
Bentuk umum persamaan Pell adalah x2 + dy2 = k. Nilai k yang dipakai dalam persamaan Pell adalah k =  1 atau |k| > 1, dengan d positif dan bukan kuadrat sempurna.Jika d <0 dan k <0 maka tidak ada penyelesaiannya. Jika d < 0 dan k >0 maka tidak ada penyelesaiannya. Jika d<0 dan k >0 maka penyelesaiannya berhingga, karena berakibat |x|  dan |y|  .Jika d kuadrat sempurna maka penyelesaiannya trivial.
Misalkan d = D2 maka x2 – dy2 = x2 – Dy2 = (x + Dy) (x - Dy) = k.
Misalkan x + Dy = a dan x – Dy = b, maka ab = k sehingga penyelesaiannya berhingga.
Teorema 2.1
Misalkan d dan k adalah bilangan bulat dengan d > 0 dan bukan kuadrat sempurna serta |k|  . Jika x2 – dy2 = k maka  konvergen ke  .
Bukti:
Ambil k > 0, karena x2 – dy2 = k, maka (x + y) (x – y) = k
Sehingga x - y > d, maka x > y dan berakibat  – d > 0

Dan karena 0 < k < sehingga:
– d =
                    =
                    <
                    <
                    =
Karena 0 <- < , maka  konvergen ke
Jika k < 0 maka kedua ruas dari x2 – dy2 = k dibagi dengan –d sehingga
y2-  x2 = -
Sama dengan k > 0, kita dapatkan bahwa  konvergen ke
Sehingga  =  pasti konvergen ke  =
Teorema 2.2
Jika (x1,y1) dan (x2,y2) adalah penyelesaian dari x2 – dy2 = 1
maka bilangan bulat (x,y) yang didefinisikan dengan
x + y = (x1 + y1)(x2 + y2)
juga merupakan penyelesaian dari x2 + dy2 = 1
Bukti:
x + y = (x1 + y1)(x2 + y2)
              = x1x2+ x1y2+ x2y1 + dy1y2
              = (x1x2 + dy1y2) + (x1y2 + x2y1)
x - y = (x1 - y1) (x2 - y2)
                         = x1x2 - x1y2- x2y1 + dy1y2
                         = (x1x2 + dy1y2) - (x1y2 + x2y1)
Jadi, x = x1x2 + dy1y2dan y = x1y2 + x2y1
x2 – dy2 = (x1x2 + dy1y2)2 – d(x1y2 + x2y1)2
                = (x12x22 + 2dx1x2y1y2+ d2y12y22) - d(x12y22 + 2x1x2y1y2 + x22y12)
             = x12x22 + 2dx1x2y1y2 + d2y12y22 - dx12y22 – 2dx1x2y1y2 - dx22y12
             = x12x22 + d2y12y22 - dx12y22 – dx22y12
             = (x12x22 -dx12y22) – (dx22y12 - d2y12y22)
             = x12(x22 - dy22) – dy12(x22 - dy22)
             = (x22 - dy22) (x12 – dy12)
             = 1.1
             = 1
Contoh:
Cari nilai x dan y yang memenuhi persamaan jika x2 + 10y2 = 1
jika x1 = 19, y1= 6, x2 = 721 dan y2 = 228 ?
Jawab:
Untuk x dan y dicari melalui :
x + y  = ( x1 + y1) ( x2 + y2 )
x + y = (19 + 6) (721+ 228 )
   = 13699 + 13680 + 4332+ 4326
   = 27379 + 8658
x = 27379 dan y = 8658 , sehingga :
   273792 – 10 ·86582 = 1
749609641 – 749609640 = 1
  1 = 1 (terbukti)
Teorema 2.3
Jika (x1,y1) adalah penyelesaian terkecil dari x2 + dy2 = 1, maka penyelesaian umumnya berbentuk: x + y =  (x1 + y1)n , n = 0,  1,…
Bukti:
Untuk membuktikan kita memakai identitas berikut:
(x1 + y1) (x2 + y2) = x1x2 + x1y2+ x2y1 + dy1y2
     = (x1x2 + dy1y2) + (x1y2 + x2y1)
Ø  Untuk nilai positif x + y = (x1 + y1)n , diperoleh:
x + y = (x1 + y1)ndan x - y = (x1 - y1)n
(x + y) (x - y) = (x2 + xy - xy – dy2)
                                   = (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (x + y) (x - y)
                 = (x1 + y1)n (x1 – y1)n
                      = ((x1 + y1) (x1 – y1))n
                      = (x12 + x1y1– x1y1 – dy12)n
                      = (x12 – dy12)n
                      = 1n
                      = 1
Ø  Untuk nilai negatif x + y = - (x1 + y1)n , diperoleh:
- (x + y) = (x1 + y1)ndan – (x - y) = (x1 - y1)n
(-(x + y)) (-(x - y)) = (x2 - xy + xy – dy2)
                                                          = (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (-(x + y))(-(x - y))
= (x1 + y1)n (x1 – y1)n
= ((x1 + y1) (x1 – y1))n
= (x12 + x1y1– x1y1 – dy12)n
= (x12 – dy12)n
= 1n
= 1
Contoh:
Cari dua nilai x dan y yang memenuhi persamaan x2 – 2y2 = 1 ?
Jawab:
      
yang memenuhi adalah x = 3 dan y = 2 sehingga:
x2 – 2y2 = 1
32 – 2.22 = 1
9 – 2.4 = 1
9 – 8 = 1
1 = 1(terbukti)
untuk x2 dan y2 maka:
   x + y = (x1 + y1)n
                 = (3 + 2)2
                 = 9 + 12+ 8
                 = 17 + 12
x2 = 17 dan y2 = 12, maka :
x2 – 2y2 = 1
172 – 2.122 = 1
289 – 2. 144 = 1
289 – 288 = 1
1 = 1 (terbukti)
Teorema 1.4
Jika (x1,y1) adalah penyelesaian terkecil dari x2 - dy2 = -1, maka penyelesaian umumnya berbentuk: x + y =  (x1 + y1)2n + 1 , n = 0,  1,…
Bukti:
Untuk membuktikan kita memakai identitas berikut:
(x1 + y1) (x2 + y2) = x1x2 + x1y2+ x2y1 + dy1y2
 = (x1x2 + dy1y2) + (x1y2 + x2y1)
(x1 - y1) (x2 - y2) = x1x2 - x1y2- x2y1 + dy1y2
  = (x1x2 + dy1y2) -(x1y2 + x2y1)
Ø  Untuk nilai positif x + y = (x1 + y1)2n + 1 , diperoleh:
x + y = (x1 + y1)2n + 1 dan x - y = (x1 - y1)2n + 1
(x + y) (x - y) = (x2 + xy - xy – dy2)
                                    = (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (x + y) (x - y)
= (x1 + y1)2n + 1 (x1 – y1)2n + 1
= ((x1 + y1) (x1 – y1))2n + 1
= (x12 + x1y1 x1y1 – dy12) 2n + 1
= (x12 – dy12) 2n + 1
= (x12 – dy12)2n (x12 – dy12)
= (-12) (-1)
= 1n (-1)
= -1
Ø  Untuk nilai negatif x + y = - (x1 + y1)2n + 1 , diperoleh:
-(x + y) = (x1 + y1)2n + 1 dan –(x - y) = (x1 - y1)2n + 1
(-(x + y)) (-(x - y)) = (x2 + xy - xy – dy2)
  = (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (-(x + y))(-(x - y))
= (x1 + y1)2n + 1 (x1 – y1)2n + 1
= ((x1 + y1) (x1 – y1))2n + 1
= (x12 + x1y1 – x1y1 – dy12) 2n + 1
= (x12 – dy12) 2n + 1
= (x12 – dy12)2n (x12 – dy12)
= (-12) (-1)
= 1n (-1
= -1

Contoh:
Cari nilai yang memenuhi persamaan x2 – 5y2 = -1
Jawab:
       
Yang memenuhi x1 = 2 dan y1 = 1, sehingga:
x2 – 5y2 = -1
22 – 5.12 = -1
4 – 5 = -1
-1 = -1
Untuk x2 dan y2 adalah:
x + y = (x1 + y1)2n + 1
              = (2 + 1)3
              = (2 + 1)2 (2 + 1)
              = (4 + 4+ 5) (2 + 1)
              = (9 + 4) (2 + 1)
              = 18 + 9+ 8 + 20
              = 38 + 17
x2 = 38 dan y2 = 17
x2 – 5y2 = -1
382 – 5 . 172 = -1
1444 – 5 . 289 = -1
1444 – 1445 = -1
-1 = -1 (terbukti)

3.    Metode Pemfaktoran
Jika diberikan persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 maka persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 equivalent dengan f1(x1, x2,..., xn) f2(x1, x2,..., xn) f3(x1, x2,..., xn)... fk(x1, x2,..., xn) = a, dimana a, f1, f2, f3,...,fkZ, dan apabila a memiliki faktorisasi prima yang dapat dinyatakan dengan a = a1a2...ak, maka persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 memenuhi sistem persamaan:
f(x1, x2,..., xn) = a1
f(x1, x2,..., xn) = a2
f(x1, x2,..., xn) = a3
.
.
.
f(x1, x2,..., xn) = ak
Untuk mengilustrasikan metode ini, akan diberikan beberapa contoh penggunaan metode pemfaktoran untuk menentukan solusi dari persamaan Diophantine non linier:
Contoh:
Tentukan semua solusi bilangan bulat dari persamaan
(x2 + 1) (y2 + 1) + 2(x – y) (1- xy) = 4 (1 + xy)
Penyelesaian:
((x2 + 1) (y2 + 1)) + 2(x - y) (1 - xy) = 4 (1 + xy)
x2y2 + x2+ y2 + 1 + 2(x - y)(1 - xy) = 4 + 4xy
(x2y2 – 2xy + 1) + (x2 – 2xy + y2) + 2(x – y) (1- xy) = 4
(xy – 1)2 + (x – y)2 - 2(x – y)( xy -1) = 4
((xy – 1)2 - (x – y) ( xy -1)) + ((x – y)2 - (x – y) ( xy -1)) = 4
(xy – 1) ( (xy – 1) - (x – y)) - (x – y) (( xy - 1) - (x – y)) = 4
(( xy -1) - (x – y))2 = 4
( xy -1) - (x – y) =  2
(x + 1) ( y - 1) =  2
Untuk persamaan (x + 1) ( y - 1) = 2 = 2.1 = (-2)(-1) = 1.2 = (-1)2, diperoleh 4 sistem persamaan:

·         x + 1 = 2
y – 1 = 1
·         x + 1 = 1
y – 1 = 2
·         x + 1 = -2
y – 1 = -1
·         x + 1 = -1
y – 1 = -2

Solusi dari semua sistem persamaan di atas adalah (1,2), (0,3), (-3,0) dan (-2,-1). Untuk persamaan (x + 1) ( y - 1) = -2 = (-2)1 = 2(-1) = 1(-2) = (-1)(2), diperoleh 4 sistem persamaan:

·         x + 1 = 2
y – 1 = -1
·         x + 1 = 1
y – 1 = -2
·         x + 1 = -2
y – 1 = 1
·         x + 1 = -1
y – 1 = 2

Solusi dari semua persamaan di atas adalah (1, 0), (0, -1), (-3, 2) dan (-2, 3).
Jadi, contoh di atas memiliki 8 solusi bilanagn bulat yaitu (1, 2), (0, 3), (-3, 0), (-2, -1), (1, 0), (0, -1), (-3, 2) dan (-2, 3).
4.    Ketaksamaan
Penggunaan metode ketaksamaan dalam menyelesaikan persamaan Diophantine non liniear sangat berkaitan erat dengan interval yang cocok dengan pertaksamaan itu sendiri. Pada umumnya penyelesaian masalah dengan menggunakan cara ini memberikan penyelesaian yang terbatas.
Contoh:
Tentukan pasangan bulat positif (x,y,z) yang memenuhi persamaan

Penyelesaian:
Dari persamaan  dapat diasumsikan 2 x  y z. Jika , dapat diperoleh x {2, 3, 4, 5}.
untuk x = 2 maka  ® ® z =  ® z = 10 +
jadi nilai y yang mungkin y {11, 12, 14, 15, 20}. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (2, 11, 110), (2, 12, 60), (2, 14, 35), (2, 15, 30) dan (2, 20, 20)
untuk x = 3 maka  ®  =  ® z =
karena maka nilai y yang mungkin y {4,5,6 }. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (3, 4, 60), (3, 5, 15), dan (3, 6, 10).
untuk x = 4 maka  ®  =   ® z = 
karenax  z maka nilai y yang mungkin y {4}. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (4, 4, 10).
untuk x = 5 maka® = ® z = 
karenax  z maka nilai y yang mungkin y {5}. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (5, 5, 5).

5.    Metode Parametrik
Dalam banyak situasi penggunaan metode parametrik sangat bermanfaat dalam menentukan solusi bulat persamaan Diophantine non linier, misalnya diberikan persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 maka persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 dapat direfresentasikan ke dalam bentuk persamaan parameter yaitu x1 = g1(k1,...,km), x2 = g2(k1,...,km),...,xn = gn(k1,...,km) dimana k1,...,km  Z
Dalam banyak kasus metode parametrik memberikan solusi bulat yang tak hingga pada persamaan Diophantine.
Contoh:
Tunjukan bahwa terdapat tak hingga banyaknya bilangan tripel (x, y, z) yang memenuhi persamaan x3 + y3 + z3 = x2 + y2 + z2

Penyelesaian:
Misalnya z = -y ® x3 = x2 + 2y2. Ambil y = mx, m Z maka x = (1 + 2m2). Jadi dapat diketahui persamaan x3 + y3 + z3 = x2 + y2 + z2 memiliki tak hingga solusi bilangan bulat (x, y, z) dimana x = (1 + 2m2), y= m(1 + 2m2), dan z = -m(1 + 2m2) berbentuk parameter.



6.    Metode Kongruensi
Dalam banyak situasi penggunaan modulo (kongruensi) banyak dilibatkan untuk persamaan Diophantine yang tidak dapat diselesaikankan. Lebih dari itu modulo dapat digunakan untuk menyederhanakan persamaan yang akan ditentukan solusinya.
Contoh:
Tunjukan bahwa persamaan (x+1)2 + (x+2)2 + … + (x+2013)2 = y2 tidak memiliki solusi bilangan bulat.
Penyelesaian:
Misalkan x = z – 1007 maka persamaan (x+1)2 + (x+2)2 + … + (x+2013)2 = y2menjadi
(z - 1006)2 + (z - 1005)2 + … + z2 + (z + 1)2 + … + (z + 1006)2 = y2
Dapat disederhanakan menjadi
2013z2 + 2(12 + 22 + … + 10062) = y2
2013z2 + 2(1006.1 + ) = y2
2013z2 + 1006(2 + 1005.3 + 1004.335.2) = y2
3(671)z2+ 1006(2 + 1005.3 + 1004.335.2) = y2
Diketahui bahwa jika m adalah bilangan kuadrat maka berlaku m  1 (mod 3) atau m  1 (mod 3) sedangkan diperoleh 671 2 (mod 3) jadi persamaan tersebut tidak
dapat membentuk kuadrat sempurna.

7.    Metode Induksi Matematika
Metode induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan yang diberikan. Biasanya pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan metode induksi matematika adalah dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan. Namun pada bagian ini hanya dibahas yang berkaitan dengan persamaan Diophantine. Prinsip metode induksi matematika:
Misalkan N adalah bilangan asli, n N, dan p(n) adalah suatu pernyataan. Untuk membuktikan pernyataan tersebut hanya perlu menunjukkan bahwa:
1)      p(1) benar, dan
2)      Andaikan n 1 dan p(n) benar maka p(n + 1) juga benar. Sehingga dapat disimpulkan p(n) benar untuk semua n N.
Contoh:
Buktikan bahwa 1 + 2 + 3 + … + n = n (n + 1)
Penyelesaian:
Misalkan p(n): 1 + 2 + 3 + … + n = n (n + 1) akan ditunjukan bahwa:
1)      p(1) : 1 =  . 1 (1 + 1) = 1              (Benar)
2)      andaikan p(n): 1 + 2 + 3 + … + n = n (n + 1) benar, maka
p(n + 1) : 1 + 2 + 3 + … + n + (n + 1) = n (n + 1) + (n + 1)
                                                             =
                                            =
                                            =
Juga benar untuk p(k = n + 1). Jadi, p(n) benar untuk semua n  N.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to " "

Posting Komentar

Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design