Ø Persamaan Diophantine Non
Linear Sederhana Triple Pythagoras
Terdapat berbagai
cara untuk menyelesaikan persamaan Diophantine non linier, diantaranya adalah:
1.
Tripel Pythagoras
Dalil
Pythagoras menyatakan bahwa di dalam sebarang segitiga siku-siku, kuadrat
panjang sisi miring (hypotenuse) sama dengan jumlah kuadrat panjang dari
sisi-sisi (kaki-kaki, legas) yang lain.Sebaliknya, sebarang segitiga yang
memenuhi hubungan kuadrat panjang sisi terpanjang sama dengan jumlah kuadrat
panjang dari sisi-sisi yang lebih pendek, maka segitiga itu tentu merupakan
segitiga siku-siku.
Secara
geometri, dalil Pythagoras terkait dengan perhitungan luas dari suatu bujur
sangkar yang sisi-sisinya adalah sisi-sisi dari suatu segitiga siku-siku.Jika
suatu segitiga siku-siku mempunyai sisi-sisi miring c dan sisi-sisi yang lain
adalah a dan b, maka hubungan antara a, b, c menurut dali Pythagoras adalah:c2
= a2 + b2
Salah satu persamaan Diophantine non
linear yang familiar adalah persamaan pada tripel Pythagoras. Tripel Pythagoras
adalah tiga bilangan bulat positif x, y, dan z yang memenuhi persamaan x2
+ y2 = z2. Contoh tripel Pythagoras yang paling sederhana
adalah 3, 4, dan 5, atau 5, 12, dan 13, sebagaimana sering dibahas di tingkat
sekolah dasar maupun menengah.Beberapa Triple
Pythagoras adalah:
3, 4, 5 sebab 52 = 32 + 42
5, 12, 13 sebab 132 = 52 + 122
7, 24, 25 sebab 252 = 72 + 242
8, 15, 17 sebab 172 = 82 + 152
9, 40, 41 sebab 412 = 92 + 402
Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani kuno yang lahir
sekitar tahun 580 SM. Nama tripel Pythagoras diberikan karena Pythagoras, atau
setidaknya para muridnya, diyakini sebagai orang yang pertama kali membuktikan
bahwa persamaan x2 + y2 = z2 sesungguhnya berlaku secara umum pada
sembarang segitiga siku-siku dengan sisi-sisi tegak x dan y dan sisi miring z
(di sini x, y dan z tidak harus merupakan bilangan bulat, tetapi sembarang
bilangan Real positif). Dalil ini pun kemudian dikenal sebagai Dalil
Pythagoras. Namun, sesungguhnya, tripel Pythagoras sudah dikenal oleh orang
Babylonia sejak tahun 1600 SM. Pengetahuan tentang tripel Pythagoras
diperlukan, misalnya, dalam tukar menukar (barter) tanah pada zaman itu.
Seseorang yang mempunyai sebidang tanah berukuran 50
50 meter kuadrat, misalnya, dapat
menukarnya dengan dua bidang tanah berukuran 30
30 dan 40
40 meter kuadrat. (Menurut Dalil
Pythagoras, berlaku 50
50 = 30
30 + 40
40).






Pada zaman itu, orang Babylonia bahkan juga sudah tahu bagaimana
menemukan tripel Pythagoras. Sebagai contoh, mereka tahu bahwa jika m ganjil,
maka m,
(m2 - 1), dan
(m2 + 1) merupakan tripel
Pythagoras; dan jika m genap, maka 2m, m2 - 1, dan m2 + 1
merupakan tripel Pythagoras. Nah, menelusuri cara berpikir orang zaman dulu,
tulisan ini akan membahas secara detail bagaimana menemukan tripel Pythagoras
tersebut.


Pertama, kita perlu mengetahui apa yang disebut sebagai tripel Pythagoras
dasar (Primitive Pythagoras).
Definisi 7.1
Suatu tripel Pythagoras x, y, z disebut primitive Pythagoras
jika FPB (x, y, z) = 1
Contoh:
1.
Triple Pythagoras 3, 4, 5
adalah primitive Pythagoras sebab FPB (3, 4, 5) = 1 dan 52 = 32
+ 42
2.
Triple Pythagoras 7, 24, 25
adalah primitive Pythagoras sebab FPB (7, 24, 25) = 1 dan 252 = 72
+ 242
3.
Triple Pythagoras 6, 8, 10
adalah bukan primitive Pythagoras sebab FPB (6, 8, 10) = 2
1

4.
Triple Pythagoras 24, 45, 51
adalah bukan primitive Pythagoras sebab FPB (24, 45, 51) = 3
1

Jika
diketahui suatu primitive Pythagoras (3, 4, 5) kemudian masing-masing bilangan
dalam triple itu dikalikan 2, sehingga diperoleh (6, 8, 10). Jika bilangan
pengali diganti 7 maka diperoleh (21, 28, 35). Karena 352 = 212
+ 282, maka jelas bahwa (21, 28,35) merupakan tripel Pythagoras.
Misalkan x0, y0,
z0 adalah suatu primitive Pythagoras, maka berlaku x02
+ y02 = z02. Jika masing-masing
dikalikan k maka diperoleh tripel kx0, ky0, kz0 perhatikan:
x02 + y02
= z02 → k2x02 + k2y02
= k2z02
Misalkan x, y, z adalah suatu tripel
Pythagoras dan FPB (x, y, z) = d maka:
d | x , d | y , d | z
d | x → x = dx0 →
Z →
Z


d | y → y = dy0 →
Z →
Z


d
| z → z = dz0 →
Z →
Z


x2
+ y2 = z2 →
(x2
+ y2) =
z2 →
+
= 





→ (
)2 + (
)2 = (
)2



→ x02
+ y02 = z02
x0,
y0, z0 merupakan suatu tripel Pythagoras, karena (
,
) = 1 dan (
,
) = 1, maka jelas
bahwa (
,
,
) = 1, berartix0, y0,
z0 merupakan suatu tripel Pythagoras primitive.







Teorema 1.1
Jika x, y, z
adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka FPB (x, y) = FPB (x, z) = FPB
(y, z) = 1
Bukti:
Untuk membuktikan dalil ini, digunakan bukti
tidak langsung.
Misalkan FPB (x,y)
1, yaitu FPB (x,y) > 1

Karena FPB (x,y) > 1, maka FPB (x,y) merupakan
bilangan prima atau FPB (x,y) merupakan bilangan komposit (yang dapat
difaktorkan menjadi faktor-faktor prima), maka jelas ada bilangan prima p
sehingga p | (x,y)
p | (x,y) →
(p | x dan p | y)
(p | x2
dan p | y2) → p | (x2 + y2) → p | z2 →
p | z
(p | x, p |
y, dan p | z → (x,y,z) ≠ 1
Karena x,y,z adalah suatu primitive Pythagoras,
maka FPB (x,y,z) = 1
FPB (x,y,z) = 1 dan FPB ( x, y,z)
1, berarti terjadi kontradiksi.

Jadi, pemisalan FPB (x,y) ≠ 1 adalah salah
sehingga FPB (x,y) = 1
Dengan jalan yang sama dapat dibuktikan bahwa
FPB (x,z) = 1 dan FPB (y,z) = 1
Contoh:
·
Misalnya, x = 6 dan y = 8
FPB
(6,8) = 2 dan 2 merupakan bilangan prima, maka:
2 |
(6,8) ® 2 | 6 dan 2 | 8
Maka
diperoleh:
2 |
62 dan 2 | 82 ® 2 | 36
dan 2 | 64 ® 2 | (36 + 64)
Karena
x2 + y2 = z2 , maka:
2 |
(36 + 64) ® 2 | 100 ® 2 | 10
FPB
(x, y) ® FPB (6, 8) = 2
FPB
(x, z) ® FPB (6, 10) = 2
FPB
(y, z) ® FPB (8, 10) = 2
FPB
(6, 8) = FPB (6, 10) = FPB (8, 10) = 2
1

FPB
(6, 8, 10) = 2
1

Jadi
(6, 8, 10) bukan tripel Pythagoras primitive
·
Misalnya, x = 7 dan y = 24
FPB (7, 24) = 1
1 | (7, 24) ® 1 | 7 dan 1 | 24
Maka diperoleh:
1 | 72
dan 1 | 242 ® 1 | 49
dan 1 | 576 ® 1 | (49 + 576)
Karena x2
+ y2 = z2 , maka:
1 | (49 + 576) ® 1 | 625 ® 1 | 25
FPB (x, y) ® FPB (7, 24) = 1
FPB (x, z) ® FPB (7, 25) = 1
FPB (y, z) ® FPB (24, 25) = 1
FPB (7, 24) = FPB (1,
25) = FPB (24, 25) = 1
FPB (7, 24, 25) = 1
Jadi (6, 8, 10) merupakan
tripel Pythagoras primitive
Teorema 1.2
Jika x, y, z adalah suatu
tripel Pythagoras primitive, maka x dan y tidak mungkin keduanya bilangan
genap.
Bukti:
x dan y tidak mungkin keduanya
merupakan bilangan genap sebab kalau x = 2s (x adalah suatu bilangan genap) dan
y = 2t ( y adalah suatu bilangan genap), maka
(x,y) = (2s,2t) dan FPB
(2s,2t)
1





dan jika x dan y genap, maka z juga akan genap. Dalam hal ini, x, y, dan
z mempunyai faktor sekutu 2.Ini bertentangan dengan asumsi bahwa x, y, dan z
tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Contoh:
Ø Misalnya, suatu tripel Pythagoras adalah (x, y, z) = (6, 8, 10) dan
FPB (6, 8) = 2 maka (6, 8, 10) bukanlah suatu tripel Pythagoras primitive.
Ø Misalnya, suatu tripel Pythagoras adalah (x, y, z) = (7, 24, 25) dan
FPB (7, 24) = 1 maka (7, 24, 25) merupakan suatu tripel Pythagoras primitive.
Teorema 1.3
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka x dan y
tidak mungkin keduanya bilangan ganjil
Bukti:
Jika x = 2m + 1 dan
y = 2n + 1, maka x2 + y2 = 4(m2 + m + n2 +
n) + 2, sehingga sisa hasil bagi x2 + y2 dengan 4 adalah
2. Sementara itu, sisa hasil bagi z2 dengan 4 adalah 0 atau 1. Jadi
tidak mungkin x2 + y2 = z2.
Contoh:
Ø Misalnya, x = 3 dan y = 5
x2 + y2
= z2
32 + 52
= z2
9 + 25 = z2
34 = z2
z = 

karena
tidak bisa dinyatakan dalam bentuk bilangan
bulat, maka (3, 5,
) bukan
merupakan tripel Pythagoras maka juga bukan merupakan tripel Pythagoras
primitive.


Teorema 1.4
Jika x, y, z adalah suatu tripel Pythagoras primitive, maka x adalah
bilangan genap dan y adalah bilangan ganjil atau x adalah bilangan ganjil dan y
adalah bilangan genap dan maka z adalah bilangan ganjil.
Bukti:
Jika x genap dan y
ganjil, maka x2 genap dan y2 ganjil.Karena itu z2
ganjil, dan sebagai akibatnya z juga ganjil. Demikian pula jika x ganjil dan y
genap, maka z ganjil.
Contoh:
Ø x = 7, y = 24, dan z = 25
® 72 +
242 = 252
® 49 + 576
= 625
(merupakan suatu
primitive tripel Pythagoras)
Ø x = 8, y = 15, dan z = 17
® 82 +
152 = 172
® 64 + 225
= 289
(merupakan suatu
primitive tripel Pythagoras)
Teorema 1.5
Jika x, y, z adalah tripel Phytagoras primitive, maka x = 2mn, y = m2
- n2, dan z = m2 + n2, dengan m > n dan m
dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Bukti:
Asumsikan x genap, y
ganjil, dan z ganjil.
Tulis x2
= z2 - y2 = (z - y)(z + y). Berdasarkan asumsi di atas,
kita tahu bahwa z - y dan z + y genap.Selanjutnya tinjau
(z - y) dan
(z + y).Akan kita tunjukkan bahwa faktor
sekutu terbesar dari kedua bilangan ini adalah 1.


Untuk itu, andaikan
(z - y) dan
(z + y) mempunyai faktor sekutu k > 1.
Dalam hal ini terdapat p dan q sedemikian hingga z - y = 2kq dan z + y = 2kp.


Dari sini kita
peroleh z = k(p + q) dan y = k(p - q).
Sementara itu, x2
= 4k2pq.
Dengan demikian pq
mestilah merupakan kuadrat sempurna, katakan pq = r2. Akibatnya, x =
2kr, dan karena itu x, y, dan z mempunyai faktor sekutu k > 1.
Ini bertentangan
dengan asumsi bahwa x, y, dan z tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. Dengan
demikian
(z - y) dan
(z + y)
tidak mungkin mempunyai faktor sekutu selain 1.


Sekarang misalkan x
= 2r (ingat: x genap). Maka, r2 =
(z - y) .
(z + y),
sehingga mestilah
(z - y) dan
(z + y)
merupakan kuadrat sempurna, katakan
(z - y) = n2
dan
(z + y) = m2,
dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.






Dari sini kita
peroleh z = m2 + n2, y = m2 - n2,
dan x = 2mn.
Hasil terakhir
mengatakan jika x, y, dan z merupakan tripel Pythagoras primitive, maka x, y,
dan z mestilah memenuhi teorema 1.5.
Sebaliknya tidak
berlaku, jika x, y, dan z memenuhi teorema 1.5, maka x, y, dan z hanya
merupakan tripel Pythagoras, belum tentu merupakan tripel Pythagoras primitif.
Contoh:
Ø Untuk m = 3 dan n = 1, kita peroleh x = 6, y = 8, dan z = 10. Untuk
memperoleh tripel Pythagoras dasar, kita harus membaginya dengan faktor sekutu terbesar.
Tabel
berikut ini menunjukkan 20 bilangan tripel Pythagoras primitive berdasarkan teorema
1.5.
No
|
m
|
n
|
m2
|
n2
|
x = 2mn
|
y = m2-n2
|
z = m2+n2
|
1
|
2
|
1
|
4
|
1
|
4
|
3
|
5
|
2
|
3
|
2
|
9
|
4
|
12
|
5
|
13
|
3
|
4
|
1
|
16
|
1
|
8
|
15
|
17
|
4
|
4
|
3
|
16
|
9
|
24
|
7
|
25
|
5
|
5
|
2
|
25
|
4
|
20
|
21
|
29
|
6
|
5
|
4
|
25
|
16
|
40
|
9
|
41
|
7
|
6
|
1
|
36
|
1
|
12
|
35
|
37
|
8
|
6
|
5
|
36
|
25
|
60
|
11
|
61
|
9
|
7
|
2
|
49
|
4
|
28
|
45
|
53
|
10
|
7
|
4
|
49
|
16
|
56
|
33
|
65
|
11
|
7
|
6
|
49
|
36
|
84
|
13
|
85
|
12
|
8
|
1
|
64
|
1
|
16
|
63
|
65
|
13
|
8
|
3
|
64
|
9
|
48
|
55
|
73
|
14
|
8
|
5
|
64
|
25
|
80
|
39
|
89
|
15
|
8
|
7
|
64
|
49
|
112
|
15
|
113
|
16
|
9
|
2
|
81
|
4
|
36
|
77
|
85
|
17
|
9
|
4
|
81
|
16
|
72
|
65
|
97
|
18
|
9
|
8
|
81
|
64
|
144
|
17
|
145
|
19
|
10
|
1
|
100
|
1
|
20
|
99
|
101
|
20
|
10
|
3
|
100
|
9
|
60
|
91
|
109
|
Teorema 1.6
Jika x, y, z Î N dan (x, y, z) = 1, maka persamaan x2
+ 2y2 = z2 mempunyai penyelesaian :
x
= |r2 – 2s2|
y
= 2rs
z
= r2 + 2s2
dengan (r, s)> 0 dan (r, 2s) = 1
Bukti:
FPB (x,y,z)
= 1, ambil x adalah suatu bilangan ganjil, z adalah suatu bilangan ganjil, dan
y adalah suatu bilangan genap.
y adalah
suatu bilangan genap, ambil y = 2m, sehingga dapat ditentukan:
x2
+ 2y2 = z2
x2
+ 2(2m)2 = z2
x2
+ 8m2 = z2
2m2
=

2m2
=
. 


Karena
= 1, maka sesuai dengan sifat
ketunggalan pemfaktoran, dapat ditentukan bahwa:

(r2 =
dan 2s2=
) atau (2r2 =
dan s2 =




dengan
(r,2s) = 1 atau (2r,s) = 1,
r2 =
® z + x = 2r2

2s2 =
® z – x = 4s2


2z = 2r2 + 4s2
z = r2
+ 2s2
r2 =
® z + x = 2r2

2s2 =
® z – x = 4s2


2x = 2r2 – 4s2
x = r2 – 2s2
2m2 = (r2)
(2s2)
2m = r2s ® y = 2m =
2rs
Sebagai
fakta bahwa x2 + 2y2 = z2 mempunyai
penyelesaian, ambil beberapa nilai r, s yang memenuhi (r, 2s) = 1 atau (2r, s)
= 1.
r
|
s
|
x = |r2
– 2s2|
|
y = 2rs
|
z = r2
+ 2s2
|
1
|
3
|
17
|
6
|
19
|
2
|
3
|
14
|
12
|
22
|
Teorema 1.7
Jika x, y, z Î N dan (x, y, z) = 1, maka persamaan x2
+ y2 = 2z2 mempunyai penyelesaian:
x
= r2 – s2 + 2rs
y
= |rs2 – s2 – 2rs|
z
= r2 + s2
dengan r, s Î N dan (u, v) = 1, serta u dan v mempunyai
parities yang berbeda.
Bukti:
Karena FPB
(x, y, z) = 1, dan berdasarkan sifat kongruensi modulo 4, maka x, y, dan z
semuanya adalah bilangan ganjil, sehingga Î Z. (x, y) = 

2z2
= x2 + y2
z2 =


z2
= 

®
= r2 – s2 ,
= 2rs, dan z = r2+ s2


® atau
= 2rs ,
= r2 – s2, dan z = r2+
s2







x = r2 - s2
+ 2rs





y = r2
- s2 - 2rs
z = r2+ s2
Sebagai
fakta bahwa x2 + y2= 2z2 mempunyai
penyelesaian ambil beberapa nilai r dan s yang memenuhi (r, s) = 1, serta r dan
s mempunyai paritas yang berbeda.
r
|
s
|
x = r2
– s2 + 2rs
|
y = | r2
– s2 - 2rs |
|
z = r2
+ s2
|
2
|
1
|
7
|
1
|
5
|
3
|
1
|
14
|
2
|
10
|
3
|
2
|
17
|
7
|
13
|
2.
Persamaan Pell
Bentuk
umum persamaan Pell adalah x2 + dy2 = k. Nilai k yang
dipakai dalam persamaan Pell adalah k =
1 atau |k| > 1, dengan d positif dan bukan
kuadrat sempurna.Jika d <0 dan k <0 maka tidak ada penyelesaiannya. Jika
d < 0 dan k >0 maka tidak ada penyelesaiannya. Jika d<0 dan k >0
maka penyelesaiannya berhingga, karena berakibat |x|
dan |y|
.Jika d kuadrat sempurna maka penyelesaiannya
trivial.



Misalkan
d = D2 maka x2 – dy2 = x2 – Dy2
= (x + Dy) (x - Dy) = k.
Misalkan
x + Dy = a dan x – Dy = b, maka ab = k sehingga penyelesaiannya berhingga.
Teorema 2.1
Misalkan d dan k
adalah bilangan bulat dengan d > 0 dan bukan kuadrat sempurna serta |k|
. Jika x2 – dy2 = k maka
konvergen ke
.



Bukti:
Ambil k > 0,
karena x2 – dy2 = k, maka (x + y
) (x – y
) = k


Sehingga x - y
> d, maka x > y
dan berakibat
– d > 0



Dan karena 0 < k
<
sehingga:



= 

< 

< 

= 

Karena 0 <
-
<
, maka
konvergen ke 





Jika k < 0 maka
kedua ruas dari x2 – dy2 = k dibagi dengan –d sehingga
y2-
x2
= - 


Sama dengan k >
0, kita dapatkan bahwa
konvergen ke 


Sehingga
=
pasti konvergen ke
= 




Teorema 2.2
Jika (x1,y1)
dan (x2,y2) adalah penyelesaian dari x2 – dy2
= 1
maka bilangan bulat
(x,y) yang didefinisikan dengan
x + y
= (x1 + y1
)(x2
+ y2
)



juga merupakan
penyelesaian dari x2 + dy2 = 1
Bukti:
x + y
= (x1 + y1
)(x2
+ y2
)



= x1x2+ x1y2
+ x2y1
+ dy1y2


= (x1x2 + dy1y2)
+
(x1y2
+ x2y1)

x - y
= (x1 - y1
) (x2
- y2
)



= x1x2 - x1y2
- x2y1
+ dy1y2


= (x1x2 + dy1y2)
-
(x1y2
+ x2y1)

Jadi, x = x1x2 + dy1y2dan
y = x1y2 + x2y1
x2 – dy2 = (x1x2
+ dy1y2)2 – d(x1y2 + x2y1)2
= (x12x22
+ 2dx1x2y1y2+ d2y12y22)
- d(x12y22 + 2x1x2y1y2
+ x22y12)
= x12x22
+ 2dx1x2y1y2 + d2y12y22
- dx12y22 – 2dx1x2y1y2
- dx22y12
= x12x22
+ d2y12y22 - dx12y22
– dx22y12
= (x12x22
-dx12y22) – (dx22y12
- d2y12y22)
= x12(x22
- dy22) – dy12(x22
- dy22)
= (x22 - dy22)
(x12 – dy12)
= 1.1
= 1
Contoh:
Cari nilai x dan y yang memenuhi persamaan jika x2 + 10y2
= 1
jika x1 = 19, y1= 6, x2 = 721 dan y2
= 228 ?
Jawab:
Untuk x dan y dicari melalui :
x + y
= ( x1
+ y1
) ( x2 + y2
)



x + y
= (19 + 6
) (721+ 228
)



= 13699 + 13680 + 4332
+ 4326


= 27379 + 8658

x = 27379 dan y = 8658 , sehingga :
273792 – 10
·86582 = 1
749609641 – 749609640 = 1
1 = 1
(terbukti)
Teorema 2.3
Jika (x1,y1) adalah penyelesaian terkecil dari x2
+ dy2 = 1, maka penyelesaian umumnya berbentuk: x + y
=
(x1 + y1
)n , n = 0,
1,…




Bukti:
Untuk membuktikan kita memakai identitas berikut:
(x1 + y1
) (x2 + y2
) = x1x2 + x1y2
+ x2y1
+ dy1y2




= (x1x2
+ dy1y2) +
(x1y2 + x2y1)

Ø Untuk
nilai positif x + y
= (x1 + y1
)n
, diperoleh:


x + y
= (x1 + y1
)ndan
x - y
= (x1 - y1
)n




(x + y
)
(x - y
)
= (x2 + xy
- xy
– dy2)




= (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (x + y
)
(x - y
)


=
(x1 + y1
)n
(x1 – y1
)n


=
((x1 + y1
) (x1
– y1
))n


=
(x12 + x1y1
– x1y1
– dy12)n


=
(x12 – dy12)n
=
1n
=
1
Ø Untuk nilai negatif x + y
= - (x1 + y1
)n
, diperoleh:


- (x + y
)
= (x1 + y1
)ndan
– (x - y
)
= (x1 - y1
)n




(-(x + y
))
(-(x - y
))
= (x2 - xy
+ xy
– dy2)




= (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2) = (-(x +
y
))(-(x
- y
))


= (x1 + y1
)n
(x1 – y1
)n


= ((x1 + y1
)
(x1 – y1
))n


= (x12
+ x1y1
–
x1y1
– dy12)n


= (x12
– dy12)n
= 1n
= 1
Contoh:
Cari dua nilai x dan y yang memenuhi
persamaan x2 – 2y2 = 1 ?
Jawab:

yang memenuhi adalah x = 3 dan y = 2
sehingga:
x2 – 2y2 = 1
32 – 2.22 = 1
9 – 2.4 = 1
9 – 8 = 1
1 = 1(terbukti)
untuk x2 dan y2
maka:
x + y
= (x1 + y1
)n


=
(3 + 2
)2

=
9 + 12
+
8

=
17 + 12

x2 = 17 dan y2 =
12, maka :
x2 – 2y2 = 1
172 – 2.122 = 1
289 – 2. 144 = 1
289 – 288 = 1
1 = 1 (terbukti)
Teorema 1.4
Jika (x1,y1) adalah penyelesaian terkecil
dari x2 - dy2 = -1, maka penyelesaian umumnya berbentuk:
x + y
=
(x1 + y1
)2n
+ 1 , n = 0,
1,…




Bukti:
Untuk membuktikan kita memakai identitas berikut:
(x1 + y1
)
(x2 + y2
)
= x1x2 + x1y2
+
x2y1
+ dy1y2




= (x1x2 + dy1y2)
+
(x1y2
+ x2y1)

(x1 - y1
) (x2 - y2
) = x1x2 - x1y2
- x2y1
+
dy1y2




= (x1x2 + dy1y2)
-
(x1y2 + x2y1)

Ø Untuk nilai positif x +
y
=
(x1 + y1
)2n + 1 , diperoleh:


x + y
=
(x1 + y1
)2n + 1 dan x - y
=
(x1 - y1
)2n + 1




(x + y
) (x - y
) = (x2 + xy
-
xy
–
dy2)




= (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2)
= (x + y
) (x - y
)


= (x1 + y1
)2n + 1 (x1 – y1
)2n + 1


= ((x1 + y1
) (x1 – y1
))2n + 1


= (x12 + x1y1
– x1y1
– dy12) 2n + 1


= (x12
– dy12) 2n + 1
= (x12
– dy12)2n (x12 – dy12)
= (-12) (-1)
= 1n (-1)
= -1
Ø Untuk nilai negatif x +
y
=
- (x1 + y1
)2n + 1 , diperoleh:


-(x + y
) = (x1 + y1
)2n + 1 dan –(x - y
) = (x1 - y1
)2n + 1




(-(x + y
)) (-(x - y
)) = (x2 + xy
-
xy
–
dy2)




= (x2 – dy2)
Maka:
(x2 – dy2)
= (-(x + y
))(-(x - y
))


= (x1 + y1
)2n + 1 (x1 – y1
)2n + 1


= ((x1 + y1
) (x1 – y1
))2n + 1


= (x12
+ x1y1
–
x1y1
–
dy12) 2n + 1


= (x12
– dy12) 2n + 1
= (x12
– dy12)2n (x12 – dy12)
= (-12) (-1)
= 1n (-1
= -1
Contoh:
Cari nilai yang
memenuhi persamaan x2 – 5y2 = -1
Jawab:

Yang memenuhi x1
= 2 dan y1 = 1, sehingga:
x2 – 5y2
= -1
22 – 5.12
= -1
4 – 5 = -1
-1 = -1
Untuk x2 dan
y2 adalah:
x + y
=
(x1 + y1
)2n + 1


= (2 + 1
)3

= (2 + 1
)2 (2 + 1
)


= (4 + 4
+ 5) (2 + 1
)


= (9 + 4
) (2 + 1
)


= 18 + 9
+ 8
+
20


= 38 + 17

x2 = 38 dan y2 = 17
x2 – 5y2
= -1
382 – 5 . 172
= -1
1444 – 5 . 289 = -1
1444 – 1445 = -1
-1 = -1 (terbukti)
3.
Metode Pemfaktoran
Jika
diberikan persamaan f(x1, x2,
x3,..., xn) = 0 maka persamaan f(x1, x2, x3,..., xn) = 0 equivalent
dengan f1(x1, x2,...,
xn) f2(x1, x2,..., xn) f3(x1,
x2,..., xn)... fk(x1, x2,...,
xn) = a, dimana a, f1,
f2, f3,...,fk
Z, dan apabila a memiliki faktorisasi prima yang dapat dinyatakan
dengan a = a1a2...ak,
maka persamaan f(x1, x2,
x3,..., xn) = 0 memenuhi sistem persamaan:

f(x1, x2,...,
xn) = a1
f(x1, x2,...,
xn) = a2
f(x1, x2,...,
xn) = a3
.
.
.
f(x1, x2,...,
xn) = ak
Untuk
mengilustrasikan metode ini, akan diberikan beberapa contoh penggunaan metode
pemfaktoran untuk menentukan solusi dari persamaan Diophantine non linier:
Contoh:
Tentukan
semua solusi bilangan bulat dari persamaan
(x2
+ 1) (y2 + 1) + 2(x – y) (1- xy) = 4 (1 + xy)
Penyelesaian:
((x2
+ 1) (y2 + 1)) + 2(x - y) (1 - xy) = 4 (1 + xy)
x2y2
+ x2+ y2 + 1 + 2(x - y)(1 - xy) = 4 + 4xy
(x2y2
– 2xy + 1) + (x2 – 2xy + y2) + 2(x – y) (1- xy) = 4
(xy
– 1)2 + (x – y)2 - 2(x – y)( xy -1) = 4
((xy
– 1)2 - (x – y) ( xy -1)) + ((x – y)2 - (x – y) ( xy -1))
= 4
(xy
– 1) ( (xy – 1) - (x – y)) - (x – y) (( xy - 1) - (x – y)) = 4
((
xy -1) - (x – y))2 = 4
(
xy -1) - (x – y) =
2

(x
+ 1) ( y - 1) =
2

Untuk
persamaan (x + 1) ( y - 1) = 2 = 2.1 = (-2)(-1) = 1.2 = (-1)2, diperoleh 4
sistem persamaan:
·
x + 1 = 2
y – 1 = 1
·
x + 1 = 1
y – 1 = 2
·
x + 1 = -2
y – 1 = -1
·
x + 1 = -1
y – 1 = -2
Solusi dari semua
sistem persamaan di atas adalah (1,2), (0,3), (-3,0) dan (-2,-1). Untuk
persamaan (x + 1) ( y - 1) = -2 = (-2)1 = 2(-1) = 1(-2) = (-1)(2), diperoleh 4
sistem persamaan:
·
x + 1 = 2
y – 1 = -1
·
x + 1 = 1
y – 1 = -2
·
x + 1 = -2
y – 1 = 1
·
x + 1 = -1
y – 1 = 2
Solusi dari semua
persamaan di atas adalah (1, 0), (0, -1), (-3, 2) dan (-2, 3).
Jadi, contoh di atas
memiliki 8 solusi bilanagn bulat yaitu (1, 2), (0, 3), (-3, 0), (-2, -1), (1, 0),
(0, -1), (-3, 2) dan (-2, 3).
4.
Ketaksamaan
Penggunaan
metode ketaksamaan dalam menyelesaikan persamaan Diophantine non liniear sangat
berkaitan erat dengan interval yang cocok dengan pertaksamaan itu sendiri. Pada
umumnya penyelesaian masalah dengan menggunakan cara ini memberikan
penyelesaian yang terbatas.
Contoh:
Tentukan pasangan bulat
positif (x,y,z) yang memenuhi persamaan 

Penyelesaian:
Dari persamaan
dapat diasumsikan 2
x
y
z.
Jika
,
dapat diperoleh x {2, 3, 4, 5}.





untuk x = 2 maka
®
® z =
® z = 10 + 




jadi nilai y yang
mungkin y
{11,
12, 14, 15, 20}. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (2, 11, 110), (2, 12,
60), (2, 14, 35), (2, 15, 30) dan (2, 20, 20)

untuk x = 3 maka
®
=
® z
= 




karena maka nilai y
yang mungkin y {4,5,6 }. Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (3, 4, 60),
(3, 5, 15), dan (3, 6, 10).
untuk x = 4 maka
®
=
® z = 




karenax
z maka nilai y yang mungkin y
{4}.
Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (4, 4, 10).


untuk x = 5 maka
®
=
® z = 




karenax
z maka nilai y yang mungkin y
{5}.
Sehingga diperoleh solusi bilangan bulat (5, 5, 5).


5.
Metode Parametrik
Dalam
banyak situasi penggunaan metode parametrik sangat bermanfaat dalam menentukan
solusi bulat persamaan Diophantine non linier, misalnya diberikan persamaan f(x1,
x2, x3,..., xn) = 0 maka persamaan f(x1,
x2, x3,..., xn) = 0 dapat direfresentasikan ke
dalam bentuk persamaan parameter yaitu x1 = g1(k1,...,km),
x2 = g2(k1,...,km),...,xn
= gn(k1,...,km) dimana k1,...,km
Z

Dalam
banyak kasus metode parametrik memberikan solusi bulat yang tak hingga pada
persamaan Diophantine.
Contoh:
Tunjukan bahwa terdapat
tak hingga banyaknya bilangan tripel (x, y, z) yang memenuhi persamaan x3
+ y3 + z3 = x2 + y2 + z2
Penyelesaian:
Misalnya z = -y ® x3 = x2 + 2y2. Ambil y = mx, m
∈Z maka x = (1 + 2m2).
Jadi dapat diketahui persamaan x3 + y3 + z3 =
x2 + y2 + z2 memiliki tak hingga solusi bilangan
bulat (x, y, z) dimana x = (1 + 2m2), y= m(1 + 2m2), dan
z = -m(1 + 2m2) berbentuk parameter.
6.
Metode Kongruensi
Dalam
banyak situasi penggunaan modulo (kongruensi) banyak dilibatkan untuk persamaan
Diophantine yang tidak dapat diselesaikankan. Lebih dari itu modulo dapat
digunakan untuk menyederhanakan persamaan yang akan ditentukan solusinya.
Contoh:
Tunjukan bahwa
persamaan (x+1)2 + (x+2)2 + … + (x+2013)2 = y2
tidak memiliki solusi bilangan bulat.
Penyelesaian:
Misalkan x = z – 1007
maka persamaan (x+1)2 + (x+2)2 + … + (x+2013)2
= y2menjadi
(z - 1006)2
+ (z - 1005)2 + … + z2 + (z + 1)2 + … + (z +
1006)2 = y2
Dapat disederhanakan
menjadi
2013z2 + 2(12
+ 22 + … + 10062) = y2
2013z2 +
2(1006.1 +
)
= y2

2013z2 +
1006(2 + 1005.3 + 1004.335.2) = y2
3(671)z2+
1006(2 + 1005.3 + 1004.335.2) = y2
Diketahui bahwa jika m
adalah bilangan kuadrat maka berlaku m
1 (mod 3) atau m
1 (mod 3) sedangkan diperoleh 671
2
(mod 3) jadi persamaan tersebut tidak



dapat membentuk kuadrat
sempurna.
7.
Metode Induksi
Matematika
Metode
induksi matematika adalah suatu metode yang digunakan untuk membuktikan
kebenaran suatu pernyataan yang diberikan. Biasanya pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan metode induksi matematika adalah
dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan. Namun pada bagian ini hanya dibahas
yang berkaitan dengan persamaan Diophantine. Prinsip metode induksi matematika:
Misalkan
N adalah bilangan asli, n
N,
dan p(n) adalah suatu pernyataan. Untuk membuktikan pernyataan tersebut hanya
perlu menunjukkan bahwa:

1)
p(1) benar, dan
2)
Andaikan n
1
dan p(n) benar maka p(n + 1) juga benar. Sehingga dapat disimpulkan p(n) benar
untuk semua n
N.


Contoh:
Buktikan bahwa 1 + 2 +
3 + … + n =
n (n + 1)

Penyelesaian:
Misalkan p(n): 1 + 2 +
3 + … + n =
n (n + 1) akan ditunjukan bahwa:

1)
p(1) : 1 =
. 1 (1 + 1) = 1 (Benar)

2)
andaikan p(n): 1 + 2 +
3 + … + n =
n
(n + 1) benar, maka

p(n + 1) : 1 + 2 + 3 + … + n + (n + 1) =
n
(n + 1) + (n + 1)

= 

=

=

Juga benar untuk p(k = n + 1). Jadi, p(n)
benar untuk semua n
N.

0 Response to " "
Posting Komentar